Kamu sadar gak sih bahwa beberapa kosakata bahasa Belanda tuh terdengar gak asing di telinga kita. Nah, inilah yang memberikan ilusi bahwa bahasa Belanda itu gampang. Kita dengan gampangnya mengerti kata-kata seperti “water”, “appel”, “gratis”, “kantoor”, atau “handdoek”. Ini membuat kita merasa pede dan yakin bakal bisa menguasai bahasa Belanda dengan cepat.
Namun percayalah bahwa rasa pede itu akan buyar kalau seseorang menyuruh kamu menyusun 1 kalimat utuh.Karena seperti yang terlihat di judul, tantangan sebenarnya dalam belajar bahasa Belanda tuh ada di tata bahasa, dan struktur kalimat yang seringkali membingungkan.
Kendala Pertama: Apa itu “De” dan “Het”?

Nah, ini adalah masalah pertama yang para learners hadapi. Penggunaan artikel (Lidwoord) “de” dan “het” adalah tantangan terbesar karena tak ada aturan spesifik yang konsisten dalam penggunaanya.
Berbeda dengan bahasa yang menggunakan artikel tunggal (the dalam Inggris) atau sistem gender yang jelas (seperti la/le dalam Prancis), Belanda memiliki “de” untuk kata benda maskulin, feminin, dan jamak, serta het untuk kata benda netral. Kamu harus menghafal penentuan kata benda mana yang menggunakan de dan mana yang menggunakan het satu per satu.
Kesalahan memilih “de” atau “het” bukan hanya memengaruhi artikel itu sendiri, tetapi juga memengaruhi bentuk kata ganti (dit/dat atau deze/die) dan fleksi kata sifat (apakah kata sifat perlu tambahan akhiran -e atau tidak). Misalnya, kamu harus menghafal “de mooie stoel” (kursi yang indah) vs. “het mooie huis” (rumah yang indah), tetapi menjadi een mooie stoel dan een mooi huis. Kesalahan dasar ini akan terus berlanjut ke kompleksitas kalimat yang lebih tinggi.
Word Order yang Sangat Kaku

Bagi para pembelajar bahasa Belanda, tantangan yang paling mendatangkan frustrasi seringkali terletak pada aturan urutan kata atau SVO. Aturan ini sekilas terkesan cukup fleksibel. Namun, dalam konteks dan klausa tertentu, struktur gramatikal Belanda dapat berubah menjadi sangat kaku dan menuntut kepatuhan absolut. Inkonsistensi yang dirasakan antara kebebasan yang dipersepsikan dan kekakuan yang sebenarnya inilah yang menjadi sumber kesulitan utama.
1. Aturan V2 (Verb Second Rule)
Dalam kalimat utama (hoofdzin), kata kerja yang terkonjugasi harus selalu berada di posisi kedua. Jika subjek diletakkan di awal, kata kerja mengikuti, tetapi jika unsur waktu atau tempat diletakkan di awal, subjek dan kata kerja harus bertukar tempat (inversi).
Contoh:
Ik ga morgen naar de markt. (Saya pergi besok ke pasar.)
Versi Inversi: Morgen ga ik naar de markt. (Besok pergi saya ke pasar.)
2. Bijzin (Sub-Klausa): Kata Kerja di Akhir
Nah, inilah puncaknya kebingungan. Ketika kamu memasukkan klausa subordinat (yang seringkali dimulai dengan “omdat”- karena, “dat” – bahwa, atau “als’ – jika), kata kerja utama harus dipindahkan ke posisi paling akhir dari klausa tersebut.
Sebagai contoh:
Ik weet dat zij het boek heeft gekocht. (Saya tahu bahwa dia buku itu telah beli.)
Aturan ini memaksa pembicara untuk merencanakan seluruh kalimat hingga selesai sebelum mengucapkan kata kerja, yang sangat menantang bagi penutur bahasa Indonesia atau Inggris yang terbiasa dengan kata kerja di tengah kalimat.
Penggunaan “Hebben” dan “Zijn”

Bahasa Belanda, mirip dengan beberapa bahasa Jermanik lainnya, mengandalkan penggunaan kata kerja bantu (hulpwerkwoord) untuk secara akurat membentuk dan menyatakan perfect tenses (masa lampau). Namun, salah satu aspek yang paling menantang dan sering membingungkan bagi pelajar adalah kenyataan bahwa penggunaan kata kerja bantu ini tidak seragam.
Berbeda dengan bahasa Inggris yang hampir selalu menggunakan “to have,” bahasa Belanda memiliki dua hulpwerkwoord utama, yaitu hebben (memiliki) dan zijn (adalah/menjadi). Kata kerja bantu mana yang akan digunakan sangat bergantung pada sifat dari kata kerja utama (hoofdwerkwoord).
Secara umum, hebben digunakan untuk kata kerja transitif dan sebagian besar kata kerja statis, sementara zijn dicadangkan untuk kata kerja intransitif yang menunjukkan pergerakan (misalnya, gaan—pergi, komen—datang) atau perubahan keadaan (misalnya, worden—menjadi, sterven—meninggal). Perbedaan penentuan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap sifat semantik setiap kata kerja.
Contoh:
Ik heb gedronken (Saya telah minum) vs. Ik ben gegaan (Saya telah pergi).
Kesalahan memilih kata kerja bantu ini dianggap sebagai kesalahan grammar fatal.
Kesimpulan
Kesimpulannya, keakraban leksikal Bahasa Belanda memang merupakan keuntungan besar yang membantu mempercepat penguasaan kosakata awal. Namun, untuk mencapai kefasihan, pelajar harus menerima tantangan grammar yang cukup rumit dan pastinya membingungkan.
Bagi kamu yang sedang berjuang mempelajari bahasa Belanda, semangat, ya! Kunci untuk berhasil adalah fokus pada latihan menyusun ulang kalimat, menginternalisasi aturan V2 dan sub-klausa, serta disiplin menghafal “de” atau “het” bersama kata bendanya. Semoga artikel ini bermanfaat.

